“Analisa Kualitatif Unsur-Unsur Zat
Organik Dan Penentuan Kelas Kelarutan”
II. Hari/Tanggal Praktikum
Sabtu, 23 Februari 2019
III. Tujuan
Praktikum
Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini
adalah sebagai berikut :
1. Dapat
mengetahui prinsip dasar dalam analisa kualitatif dalam kimia organik.
2. Dapat
mengetahui tahapan kerja analisa yang dimulai dengan unsur karbon, hydrogen,
belerang, nitrogen, halogen dalam suatu senyawa organik dan penentuan kelas
kelarutannya.
3. Dapat
mencoba beberapa senyawa untuk dianalisa.
IV. Landasan
Teori
Analisa organik
kualitatif adalah pengajaran yang banyak bergerak dalam bidang identifikasi
senyawa organik yang tidak diketahui (unknown). Keberhasilannya ditentukan oleh
banyak faktor yang berhubungan erat dengan sifat yang khas dari masing-masing
senyawa atau campurannya dan teknik atau pola kerja analisa yang sistematik.
Kerja
analisa dalam organik kualitatif terutama akan mencakup bidang-bidang analisa
unsur, klasifikasi kelarutan dan sifat fisik, klasifikasi gugus fungsi dengan
cara identifikasi sifat derivatnya (Tim Kimia Organik I, 2016).
Dulu senyawa karbon tidak dapat dibuat
di laboratorium tetapi setelah Fredich Wohler berhasil membuat urea melalui
pemanasan pada tahun 1923, maka senyawa organik lain mulai dibuat di
laboratorium. Adanya unsur karbon dan hidrogen dalam sampel organik, secara
lebih pasti dapat ditunjuk mealui cara kimia yaitu dengan uji pembakaran.
Pembakaran sampel organik akan mengubah karbon (C) menjadi karbon dioksida (CO)
dan hidrogen (H) menjadi H2O. Gas CO2 dapat dikenali
berdasarkan sifatnya yang mengerahkan air kapur, sedang air dapat dikenali
dengan kertas kobalt. Air mengubah warna kertas kobalt dari biru menjadi
merah muda (pink).
Sampel + Oksidator à CO2 (g) + H2O (l)
CO2 (g)
+ Ca (OH)2 à CaCo3(s) +
H2O (l)
Kertas kobalt biru + H2O(l) à kertas kobalt merah muda.
Karbon dan hidrogen akan teroksidasi menjadi CO2 dan H2O. Karbon
dioksida (CO2) dikenali
dengan menggunakan air kapur, sedang air dikenali dengan menggunakan kertas
kobalt (Ralph,2001 : 1).
Senyawa organik menunjukan sifat kimia dan fisika yang
sangat berbeda karena strukturnya berbeda. Beberapa diantaranya berwujud padat,
sebagian berwujud cair, dan ada pula gas. Adda yang rasanya manis dan ada pula
yang asam. Ada yang beracun, ada yang sangat penting untuk kehidupan. Untuk
memahami berbagai sifat molekul organik perlu diketahui strukturnya. Tiga
prinsip sederhana yang dapat memberikan pengertian dasar tentang struktur dan
kimiawi molekul organik adalah:
1.
Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan ikatan
hidrogen
2. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen
dengn atom karbon lain untuk membangun rantai karbon.
3. Atom karbon dapat membentuk ikatan kovalen dengan unsur
lain, terutam oksigen, nitrogen, belerang, dan halogen (Antony, 2007).
Senyawa
organik utamanya mengandung atom karbon dan atom hidrogen, ditambah nitrogen,
oksigen, belerang, dan atom unsur lainnya. Klasifikasi pendahuluan merupakan
informasi yang penting dari senyawa yang belum dikenal. Dalam praktikum ini
kami menganalisis senyawa organic dan mengklasifikasikan senyawa tersebut ke
dalam golongan-golongan tertentu.Melakukan analisa organik kualitatif dapat
dilakukan dengan mengidentifikasi karakter senyawa organik yang tidak diketahui.
Setiap praktikan hendaknya mengetahui seluk-beluk penentuan struktur senyawa
organik.
Salah
satu cara menggolongkan senyawa organic tersebut dengan cara melakukan uji
kelarutan terhadap air, HCl 5%, NaHCO3 5%, NaOH 5%, dan H2SO4 5%.
Uji kelarutan ini berguna untuk menggolongkan apakah senyawa tersebut bersifat
asam, basa atau netral (Sanusi dan Marham, 2012).
Zat-zat organik dan unsur-unsur yang menyusunnya memainkan peran
penting untuk kelangsungan makhluk hidup. Kereaktifan dan fungsi zat-zat
organik dalam kehidupan makhluk hidup ditentukan oleh keragaman unsur
penyusunnya. Oleh karena itu identifikasi kandung unsur penyusun suatu senyawa
organik dan penentuan kelarutan senyawa organik akan dapat mengungkapkan peran
unsur tersebut dalam senyawa yang menyusunya. Selain itu dengan mengetahui
unsur-unsur penyusun suatu senyawa akan dapat diestimasi rumus empiris dan
rumus molekulnya. Selanjutnya dapat pula diprediksi sifat kelarutan suatu
senyawa organik baik dalam pelarut polar maupun non polar. Perbedaan tingkat
kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut juga memrediksi
kecendrungan senyawa tersebut dapat bereaksi dengan senyawa lain. Dengan
mengetahui teknik-teknik analisis unsur penyusun suatu senyawa organik dan
mengetahui tingkat kelarutan suatu senyawa organik dalam suatu pelarut anda
dapat berinisiatif merancang eksperimen sendiri dan mendapat pengetahuan dan
pemahaman baru (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/02/22/analisis-kualitatif-senyawa-organik/#more-36).
V. Alat
dan Bahan
5.1 Alat
1. Cawan
porselin
2. Tabung
reaksi
3. Pipa
pengalir
4. Tabung
pengalir gas
5. Kawat
tembaga
6. Gelas
kimia
7. Kertas
saring
8. Bunsen
9. Pipet
tetes
10. Asbes
5.2
Bahan
1. Serbuk
CuO
2. Ca(OH)2
3. CCl4
4. CaO
5. HNO3
encer
6. AgNO3
7. Logam
Na
8. Aquadest
9. Larutan
L
10. Asam
Asetat
11. Pb-asetat
10%
12. Na-nitroprosida
13. FeSO4
14. FeCl3
15. KF
10%
16. NaOH
10%
17. Asam
sulfat encer
18. Pelarut
eter
19. HCl
encer
20. NaHCO3
VI. Prosedur
Kerja
6.1 Analisa
unsur
1. Karbon
dan Hidrogen
Tempatkan 1-2 gram serbuk CuO kering
dalam cawan porselin, keringkan beberapa saat diatas pemanas bunsen. Selagi CuO
hangat, campurkan hati-hati dengan sejumlah gula (lebih kurang 1/10 jumlah
CuO), pindahkan ke dalam tabung reaksi pyrex dengan dilengkapi sumbat dan pipa
pengalir gas. Susun tabung pengalir gas, sehingga gas yang mengalir bisa masuk
ke dalam tabung yang berisi 10 ml larutan Ca(OH)2. Panaskan
campuran, amati hasilnya. Perhatikan air yang mengembun ditabung reaksi bagian
atas.
2. Halogen
Tes
Beilstein. Panaskan kawat tembaga sampai
kemerah-merahan dan tak memberikan nyala lain. Dinginkan, lalu teteskan kawat
tersebut dengan 2 tetes CCl4. Pijarkan kembali lalu amati warna
nyala yang ditujukan oleh uap Cu-halida yang terbentuk.
Tes CaO.
Dalam tabung reaksi besar, panaskan sejumlah CaO bebas halogen sampai suhu
tinggi. Ketika masih panas tambahkan 2 tetes CCl4. Setelah dingin
didihkan dengan 5-10 ml air suling, lalu tuangkan ke dalam gelas kimia 100 ml
dan larutkan dalam HNO3 encer (1 vol HNO3 pekat dalam 1
vol air suling). Kalau larutan jernih tak didapat, saring dengan kertas saring
biasa. Tambahkan 2-3 ml larutan AgNO3 encer (5-10%). Amati apa yang
terjadi.
3. Metoda
leburan dengan natrium
Tempatkan
tabung reaksi kecil (50x8mm) dalam lubang kecil pada keping asbes sebagai
pemegang, masukkan sebiji logam Na (lebih kurang sebesar biji kacang hijau). Panaskan
hati-hati sampai meleleh dan uap Na bagian bawah tabung hentikan nyala api
untuk sementara, lalu tambahkan hati-hati cuplikan yang mengandung halognen, S
dan N secepatnya. Jika zatnya padat masukkan sedikit butiran saja dan jika cair
masukkan beberapa tetes. Reaksi eksoterm akan terjadi dengan spontan. Pijarkan kembali
tabung sampai membara (usahakan zat di dalam tabung jangan sampai terbakar). Ketika
tabung masih membara masukkan tabung ke dalam gelas kimia 100 ml yang berisi
sekitar 15 ml air suling. Tabung akan segera pecah, sisa sedikit Na akan
bereaksi dengan air. Bila reaksi sudah kembali tenang hancurka bagian sisa
tabung dalam gelas kimia tadi, lalu didihkan diatas api. Saring dengan kertas
saring biasa lalu gunakan larutan ini (=Larutan
Lassaigne) untuk keperluan tes-tes berikutnya.
a. Belerang
Asamkan
3 ml larutan L dengan asam asetat,
didihkan dan periksa gas yang dihasilkan dengan kertas saring basah yang sudah
ditetes Pb-asetat 10%. Amati yang terjadi. Pada bagian larutan L lainnya,
tambahkan 1-2 tetes larutan Na-nitroprosida. Amati warna larutan yang terjadi.
b. Nitrogen
Ke dalam 3 ml larutan L, tambahkan 5 tetes larutan FeSO4 yang masih baru, 1
tetes larutan FeCl3 dan 5 tetes larutan KF 100%. Tambahkan lebih
kurang 1-2 ml larutan NaOH 100% sampai bersifat basa, lalu di didihkan (hati
hati terjadi bumping). Jika belerang tidak ada, didihkan dan asamkan dengan
asam sulfat encer (20-25%). Endapan biru berlin, menandakan adanya N, dan
mungkin baru muncul setelah beberapa saat didiamkan.
Bila belerang ada, maka percobaan diubah jadi
seperti berikut: tambahkan pada larutan
L, 5 ml tetes FeSO4 masih baru, lalu 1-2 ml larutan NaOH 105
sampai basa. Panaskan sampai mendidih (hati-hati bumping). Saring endapan FeS.
Asamkan dengan larutan H2SO4 encer (10-20%), tambahkan 5
tetes larutan KF 10% dan 1 tetes larutan FeCl3 untuk mendapatkan
endapan biru berlin.
c. Halogen
Asamkan 3 ml larutan
L dengan larutan HNO3 encer (1 vol HNO3 pekat dalam 1
vol air). Jika N dan S ada, didihkan hati-hati untuk 5-10 menit, untuk
menghilangkan HCN atau H2S yang mungkin terbentuk. Tambahkan 5 ml
larutan AgNO3 encer (5-10%) dan lanjutkan pendidihan beberapa menit.
Endapan yang banyak menandakan adanya halogen, bisa sedikit mungkin hanya
pengontrol dalam pereaksi.
6.2 Penentuan
kelas kelarutan
Tentukan kelas kelarutan dari 5 senyawa yang
ditujukan oleh dosen/asisten, catat: nama senyawa, struktur (cari dalam
Handbook), unsur yang dikandungnya dan bau serta warnanya.
1. Kelarutan
dalam air
Ke dalam tabung reaksi besar masukkan lebih kurang
0,1 gram zat padat atau 3 tetes zat cair, lalu tambahkan 3 ml air suling kocok
kuat-kuat. Larutan jernih, berarti larut dalam air (+), larutan keruh berarti
tak larut dalam air (-). Bila hasilnya
(+), selanjutnya lakukan tes kelarutan dalam eter, bila (-) lanjutkan tes
kelarutan dengan pelarut lainnya.
2. Kelarutan
dalam eter
Sama seperti diatas dengan menambahkan 3 ml pelarut
eter. Bila jernih artinya (+) larut dalam eter atau sebalinknya.
3. Kelarutan
dalam NaOH 5%
Sama seperti diatas, tambahkan 3 ml larutan NaOH 5%
larutan jernih berarti (+), biasanya ada juga disertai perubahan warna – dan bila
larutan keruh berarti (-). Kalau terjadi keraguan, campuran disaring dan
filtratnya di netralkan dengan asam HCl encer, jika keruh artinya tesnya (+). Bila
(+) lanjutkan dengan NaHCO3.
4. Kelarutan
NaHCO3 5%
Sama seperti diatas, dengan menambahkan 3 ml larutan
NaHCO3 5% bila timbul gas CO2 berarti (+) dan sebaliknya
(-).
5. Kelarutan
dalam HCl
Sama seperti diatas, tambahkan 5 ml HCl 5% kocok dan
amati larutan jernih berarti hasilnya (+). Bila keruh, kalau meragukan,
campuran disaring, lalu ke dalam filtrat netralkan dengan larutan NaOH encer. Bila
larutan jadi keruh berarti hasilnya (+).
6. Kelarutan
dalam H2SO4 pekat
Sama seperti diatas, tambahkan 3 ml H2SO4
pekat kocok hati-hati bila jernih atau timbul panas atau perubahan warna
berarti (+).
7. Kelarutan
dalam H3PO4 pekat
Sama seperti diatas, dengan menambahkan asam sulfat
jernih artinya positif. Selanjutnya dibuat tabel atau diagram hasil pengamatan
kelarutan dan ambil kesimpulannya.
Berikut ini sebuah video tentang uji mendeteksi keberadaan
Halogen dalam senyawa organik.
Permasalahan :
1. Mengapa menggunakan
logam Natrium untuk mendeteksi keberadaan halogen dalam senyawa organik seperti
pada video tersebut?
2.
Apa fungsi dari
penambahan larutan Asam nitrat ke dalam ekstrak Lassaigne?
3. Pada uji karbon disulfide,
mengapa ekstrak Lassaigne harus diasamkan terlebih dahulu?
Saya Hanna Salwa Putri (A1C117045) disini saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 3. mengapa ekstrak Lasssaigne harus diasamkan dulu adalah agar didapatkannya endapan halogen yang banyak sehingga mudah untuk di lakukan percobaan.
BalasHapusSaya ika ermayanti (A1C117031) saya akan menjawab pertanyaan nomor 2. Menurut saya fungsi d tambahkan asam adalah untuk mengasam kan larutan. Karena uji ini dilakukan pada suasana asam. Trimakasih
BalasHapusSaya novela melinda nim AICII7007. Saya ingin mencoba menjawab pertanyaan nomor 1. Menurut saya, alasannya karena unsur natrium mudah untuk bereaksi dengan halogen membentuk unsur halida. Sehingga dia akan mudah terdekteksi
BalasHapus